Pagi itu akhir Februari
2018. Saya berangkat ke Kinosaurus. Ini nama sebuah bioskop alternatif di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Tujuannya untuk memenuhi undangan dari Kolektif. Ada konferensi pers sebuah acara
tahunan dan didahului dengan pemutaran film Mobil
Bekas dan Kisah-kisah dalam Putaran.
Rupanya undangan itu dirasa terlalu pagi
bagi sebagian rekan wartawan. Tak heran jika suasana terasa sedikit sepi. Setelah berbasa-basi dengan rekan panitia sambil menunggu
barang setengah jam, akhirnya film pun diputar juga.
Saat pemutaran selesai lampu
ruangan bioskop kembali dinyalakan. Rekan panitia membuka acara dengan
bincang-bincang seputar hajat yang digelar beberapa pekan ke depan. Satu demi
satu narasumber bercerita tentang karyanya. Termasuk juga sutradara Mobil Bekas, Ismail Basbeth. Uraian yang
dia sampaikan menarik untuk disimak lantaran memang retorikanya sungguh
bagus.
Ismail bercerita tentang
bagaimana pembiayaan produksi filmnya dilalui dengan proses yang tidak biasa.
Memang belum banyak proyek film lokal yang dibiayai secara patungan atau biasa dikenal
dengan crowdfunding. Namun pria asal
Wonosobo ini ternyata sukses meyakinkan calon investor. Bahkan setelah tuntas dieksekusi
filmnya mampu menembus sejumlah festival di mancanegara seperti di Tokyo dan
Busan.
Tak urung pencapaian ini membuat
banyak pihak bertanya-tanya kepada Ismail. “Mas, itu caranya bagaimana filmnya
bisa masuk festival di luar negeri,” demikian tuturnya menirukan para penanya
yang penasaran itu.
“Iya, Bagaimana itu mas,”
seloroh wartawan lain dengan rasa sedikit kepo.
“Caranya? Gampang aja toh...
Ya, daftarkan aja filmnya,” tandas Ismail yakin.
Dan kami hanya
termangu-mangu mendapat penjelasan yang sangat informatif ini. Memang ada benarnya. Mangkel atau
tidak, itu soal nanti.
16 Maret 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar