Senin, 27 Juni 2016

Makna Kata Parlemen



Kegiatan syuting film itu menyenangkan. Namun kadang-kadang rasa bosan muncul saat menanti giliran take. Nah, pada saat seperti itu para aktor melakukan aneka kegiatan untuk mengusir iseng, berkelakar misalnya. Salah satu yang cukup lincah dalam melontarkan canda adalah pelakon senior Rudy Wowor.

Ketika dijumpai di lokasi syuting Merah Putih, sutradara Yadi Sugandi baru saja meneriakkan cut untuk adegan yang dimainkan Rudy bareng pemain lain. Pria kelahiran Amsterdam ini berperan sebagai Van Gaardner, seorang perwira menengah di pihak londo. Gedung Lawang Sewu di jantung kota Semarang dipilih sebagai markas komandonya.

Obrolan ngalor ngidul terlontar begitu saja saat Rudy menyempatkan diri untuk nongkrong sejenak. Sambil menyalakan rokok spesialis peran tentara londo ini bercerita sedikit tentang porsi perannya. Topiknya macam-macam pula.

”Pangkat saya Mayor. Di atasnya masih ada lagi kolonel,” demikian pria jago menari ini menerangkan posisinya dengan logat bule macam yang biasa muncul di sandiwara 17 Agustusan di kelurahan.

Selanjutnya dia membocorkan bagaimana pembicaraannya dengan Sersan Yanto. Nah, Yanto ini adalah serdadu di pihak republikein yang dimainkan aktor Ario Bayu. Entah bagaimana ceritanya rumpian ini ujungnya malah menyebut-nyebut tentang kinerja anggota parlemen.

”Anda tahu asal kata parlemen?” sodor Rudy kepada kami. Pertanyaan ini membuat para wartawan berpikir keras mencari tahu apa jawabannya. Sejurus kemudian kami sudah dibuatnya menyerah.  

”Itu berasal dari bahasa Perancis, parler dan mentir,” begitu jawabnya. ”Parler itu artinya bicara dan mentir itu berbohong. Jadi parlemen artinya berkata bo...,” lanjut Rudy sambil meletakkan telapak tangan untuk menutup mulutnya.


 
Maret 2009 

Kamis, 23 Juni 2016

Pemain yang Berbulu



April 2007, sutradara Joko Anwar menuntaskan produksi film keduanya yang bertajuk Kala. Ini sebuah proyek bergenre thriller yang dibintangi oleh Fachry Albar, Ario Bayu, Shanty, dan Fahrani. Sementara investornya adalah Manoj Punjabi. Senja itu kalangan wartawan diundang untuk menyaksikan tayangan terbatas di kantor MD Pictures di kawasan Tanah Abang II. Kemudian dilanjutkan dengan konferensi pers.

Setelah membuka prolog dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. “Oke, ada teman-teman wartawan yang mau bertanya?” begitu tawaran dari moderator.

Beberapa komentar pun berdatangan, mulai dari yang memuji-muji sampai yang mengaku tidak mengerti konten filmnya. Hingga kemudian muncul pula pertanyaan bernada sedikit antik keluar dari mulut seorang rekan.

“Terimakasih. Saya mau tanya, ini kenapa pemainnya kok berbulu semua?” tukasnya dengan nada penasaran. Pemain utamanya, baik Fachry maupun Ario memang lumayan berbulu lebat.

Semua yang hadir tertawa dibuatnya. Sementara Joko pun hanya bisa ternganga mendengarnya.

 \

Mei 2007

Minggu, 19 Juni 2016

Berita Zonder Akurasi



Ini kisah tentang jurnalisme kita. Dalam perkara akurasi tulisan masih masih banyak media yang meletakkannya pada urutan ke sekian. Padahal kalau mau rajin sedikit mereka bisa cek ulang di internet. Hal tersebut terjadi pula ketika peliputan film. Rekan wartawan main tulis apa yang mereka terima di lapangan tanpa diperiksa lagi kebenarannya.

Salah satu kasusnya terjadi pada pertengahan 2011. Senja itu, saya bersama rekan kami meliput on location film Cinta/Mati di kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Karena bintang utamanya Vino G Bastian dan Astrid Tiar sedang giliran take kamipun ngobrol bersama produsernya, Adiet Wibowo. Barangkali bisa dikorek latar belakang di balik produksi film ini untuk keperluan penulisan.

“Anda produsernya ya?” tanya sang rekan.

“Ya, betul,” jawab Adiet singkat.

“Ini apa nama rumah produksinya?” balasnya lagi.

“PT Shooting Film…,” jawabnya setengah bercanda. Sejurus kemudian dia koreksi pernyataan tadi ”… eh, maksudnya  PT Shooting Star.” 

Ternyata sang rekan sepertinya kurang menyimak koreksian tadi. Benar saja, keesokan harinya di medianya sang rekan menulis nama rumah produksi film tersebut: PT Shooting Film.


 
Juli 2011

Selasa, 14 Juni 2016

Gara-gara Kehabisan Ide



Kendati pernah meraih Piala Citra sebagai sutradara terbaik FFI 2004, sutradara Rudi Soedjarwo tak segan-segan untuk menerima proyek film horor. Setelah pernah melansir beberapa judul macam Pocong 2 dan 40 Hari Bangkitnya Pocong, tahun 2009 dia menggarap satu lagi produk anyar untuk Rapi Films. Judulnya Hantu Rumah Ampera
   
“Sebenarnya ada kisah unik di balik judul ini,” ungkap pria bertubuh jangkung ini saat ditemui di lobi bioskop XXI FX Platinum. Pagi itu rupanya digelar screening untuk wartawan.

Rudi menuturkan awalnya dia diminta pihak Rapi Films untuk membuat sebuah film horor. Sejenak dia sempat merasa bimbang, lantaran banyak khazanah horor di negeri ini yang sudah dieksploitasi. “Ah, bikin apa ya? Sempat kehabisan ide juga,” cerita dia dengan jujur.

Tak mau lama-lama berpikir, Rudi menawarkan ide cerita yang berawal dari tempat tinggalnya di kawasan jalan Ampera, Jakarta Selatan. “Nah, mulai aja dari jalan Ampera. Terus digabung deh dengan kisah drama. Ya, jadi deh film horor,” ungkapnya dengan mimik lega.   


April 2009

Jumat, 10 Juni 2016

Enam Film 30 Menit



Ini kisah tentang aktris Sarah Sechan di tahun 2008. Boleh jadi tahun itu merupakan tahun hoki baginya. Pasalnya, tak kurang dari enam judul filmnya beredar sepanjang tahun. Tapi, ada tapinya, semuanya singkat-singkat saja durasinya. Lebih enak begitu ya?

"Saya lebih senang begini. Datang sebentar ke lokasi, terus sudah bisa balik," terang Sarah saat ditemui di lokasi syuting Si Jago Merah, di sebuah lahan kosong kawasan Kuningan (sekarang jadi hotel HS Luwansa), Jakarta Selatan. "Jadi kan bisa kerja yang lain," tambahnya lagi.

Mantan VJ MTV ini mengaku dengan durasi peran yang singkat, dirinya beruntung bisa berkenalan dengan banyak orang. "Di sini kan saya bisa kenal dengan Iqbal, teteh Nia, dengan Monty," ungkap Sarah menyebutkan nama sutradara yang sempat bekerja sama.

Jika dirunut lagi sepanjang 2008, film yang menjadi debut Sarah adalah Perempuan Punya Cerita. Kemudian disusul peran-peran sebagai Mak Siat alias Mak Erot palsu dalam XL (Extra Large), masih ada DO, MBA dan yang akan beredar di musim libur lebaran adalah Chika.

Iseng-iseng Sarah pun sempat menghitung durasi total penampilannya."Jadi kalau dijumlahkan hanya 30 menit. Cukup untuk bikin film pendek kan?" komentarnya sembari menghibur diri.



September 2008