Kamis, 26 Mei 2016

Nama Baru Sang Sineas


Tidak semua rumah produksi menyediakan waktu untuk konferensi pers film buatannya. Penyebabnya macam-macam dan biasanya sangat teknis. Namun, proses wawancara tetap harus dilakukan, entah bagaimanapun caranya. Itu prinsip yang saya pegang.

Salah satunya ketika saya menulis tentang film Merem Melek di tahun 2008. Film komedi ini dibuat oleh Mitra Pictures yang saat itu tidak pernah memberikan kesempatan preview film untuk wartawan. Konon rumah produksi ini berafiliasi dengan MD Pictures, namun dibantah produser Manoj Punjabi saat dikonfirmasi.

Kebetulan saya sudah pernah melakukan wawancara dengan penulis skenarionya, Viva Westi. Jadi, tinggal angkat telepon saja. Kami pun ngobrol panjang lebar seputar proses kreatifnya. Ujung-ujungnya saya minta nomor kontak sutradara film ini, yakni Ian Jacobs. Ternyata jawabannya sungguh mengejutkan.

“Telepon aja Nayato,” ucap Westi dari seberang sana.

“Kok Nayato?” tanya saya dengan nada heran.

“Iya. Nomor Ian Jacobs sama kok dengan nomor Nayato,” lanjutnya kalem.  

Kontan saya terbengong-bengong dibuatnya. 



2008


Minggu, 22 Mei 2016

Wajah Penuh Semak-semak



Komika Arie Keriting kini menjadi aktor. Di film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara dia dipaksa sutradara Herwin Novianto untuk melakoninya. Dalam konferensi pers, Arie sempat menceritakan pengalamannya saat syuting di Atambua, Nusa Tenggara Timur, November 2015 lalu bersama aktris Laudya Cynthia Bella.

“Saya disuruh bawa mobil, padahal mereka tahu saya tidak bisa menyetir. Sudah tidak bisa menyetir, menghafal dialog, terus harus jaga keselamatan Bella. Sampai dua kali celaka…” tuturnya dengan aksen Indonesia Timur yang khas.

"Kejadian pertama saat ditabrak truk dari belakang, namun tidak terlalu parah. Saya tanya Bella, ‘tidak apa-apa Bella?’ dia jawab tidak apa-apa,” tutur Arie kepada wartawan. Maka syuting pun tetap dilanjutkan. Arie kembali menyalakan mesin mobil Isuzu Panther pick up itu dan Bella masih duduk di sebelahnya. Jalanlah mereka.

“Yang kedua, kejadian mobil masuk selokan. Saya tanya Bella, ‘tidak apa-apa Bella’ dia jawab juga tidak apa-apa, tapi wajahnya sudah penuh semak-semak…”



18 Mei 2016

Selasa, 17 Mei 2016

Parfum Aroma Baru



Kejadian ini berlangsung di salah satu kuis di stasiun Kompas TV, pada awal tahun 2013. Pemandunya Helmy Yahya. Pesertanya diikuti dua aktor film senior, yakni Mathias Muchus dan Tio Pakusadewo. Kejar-mengejar angka berlangsung dengan seru dari keduanya. 

Sejenak kemudian ada sesi interval yang diisi sedikit obrolan santai. Bertanyalah Helmy kepada Tio apa aktivitas yang dilakoni saat ini.

Rupanya Tio pun berseloroh,”Selain syuting, saya juga calon ketua Parfum.”

“Apalagi itu?” tanya Helmy.

“Saingannya Parfi. Singkatannya Persatuan Artis Film Usia Muda,” samber Tio dengan stil yakin.

“Ya tapi kan ketuanya tetap aja tua,” seloroh Helmy lagi.

Rabu, 04 Mei 2016

Leonardo DiCaprio Wannabe



Diam-diam banyak juga produser yang punya bakat melucu. Salah satu di antaranya adalah Chand Parwez Servia. Suatu kali di bulan Maret 2011, tengah berlangsung gala premiere film Virgin 3 buatan rumah produksinya di Hollywood KC 21. Saat itu saya sedang bersama seorang rekan asal Bandung, sejurus kemudian datang Parwez ikut bergabung dalam obrolan.
 

“Oh dari Bandung ya…?” komentar Parwez saat mengetahui asal rekan saya. “…abdi ti Tasik (saya dari Tasik),” sambungnya seraya merentangkan kedua tangannya ke samping. Mengingatkan pada gesture Leonardo Di Caprio dalam film legendarisnya Titanic.

“Itu mah Titanic pak…,” kata saya.

“Wah iya ya. Betul juga,” balas sang produser.



Maret 2011

Minggu, 01 Mei 2016

Bioskop 4DX dengan Kearifan Lokal




Seorang rekan blogger, Danieldokter bercerita mengenai pengalamannya ketika nonton bioskop 4DX. Saat itu, bulan April 2013, di Indonesia belum ada bioskop yang katanya memberikan sensasi 4 dimensi itu. Jadi dia menguraikan apa yang dirasakan saat nonton di bioskop Siam Paragon, Bangkok. 

“A real good sensation biarpun layar ga segede IMAX,” demikian ditulis dalam akun twitternya.

Di negeri gajah putih itu rupanya dia sempat nonton beberapa judul film. Sebut saja Real Steel, Step Up, hingga Dredd. Dredd yang paling dahsyat. Setiap darah muncrat muka kita basah kena percikan air,” begitu tulisnya.

Memang, di Indonesia, khususnya di Jakarta belum ada bioskop sejenis itu. Namun diam-diam inovasi produser lokal ternyata tidak kalah serunya. Maka saya balas twit rekan yang satu ini,”Ah, kemarin juga pas screening film KM 97 sensasinya juga 4DX. Sebelum film dimulai, bau kemenyan sudah tercium di dalam bioskop.”

Beberapa bulan kemudian, tepatnya di bulan September bioskop 4DX pertama di Indonesia dibuka di Blitz Megaplex, Grand Indonesia. 



(27 Oktober 2013)