Sebelas tahun lalu penyanyi legendaris Raden Chrismansyah Rahadi alias
Chrisye tutup usia. Kepergiannya bertepatan dengan Hari Film Nasional, 30 Maret
2007. Kendati lebih dikenal di ranah musik lewat kepiawaiannya dalam bidang tarik
suara, ternyata nama besar almarhum banyak meninggalkan jejak dalam blantika sinema
Indonesia. Pasalnya, Chrisye sempat terlibat dalam sejumlah proyek layar lebar di tanah
air. Menariknya, semua itu dilakoni dengan kiprah yang berbeda-beda, mulai dari
membawakan lagu soundtrack, menata
musik, bahkan sampai berakting segala. Film apa sajakah yang dimaksud?
Badai Pasti
Berlalu
Setelah sempat beberapa tahun berkiprah dalam Gipsy Band, Chrisye memulai
karier solonya pada 1977. Saat itu hoki pertamanya datang ketika membawakan
tembang karya James F Sundah yang berjudul Lilin-lilin
Kecil. Lagu ini masuk dalam album Lomba Karya Cipta Lagu Remaja yang
diselenggarakan oleh Radio Prambors dan meledak di pasaran.
Masih di tahun yang sama, Chrisye terlibat proyek legendaris Badai Pasti Berlalu. Ini merupakan album
studio yang memuat lagu tema untuk film bertajuk serupa arahan sutradara Teguh
Karya. Lagu-lagu yang terdapat di dalamnya diproduseri oleh Eros Djarot. Tata
musik digarap oleh Yockie Soerjoprajogo, sedangkan Chrisye membawakan nyaris
seluruh tembang yang ada dalam album ini dibantu oleh Berlian Hutauruk.
Saking legendarisnya, album ini masuk pada peringkat pertama dalam daftar
50 Album Indonesia Terbaik versi majalah Rolling Stone Indonesia edisi Desember
2007. Rupanya lantunan suara Chrisye sungguh akrab dan begitu melekat di benak
banyak orang. Sedangkan Badai Pasti
Berlalu dianggap sebagai idiom yang membakar semangat untuk tidak mudah
menyerah.
Bagaimana dengan filmnya? Ternyata Badai
Pasti Berlalu mendapatkan sambutan meriah dari publik. Laman
filmindonesia.or.id mencatat proyek yang diproduseri oleh Sudwikatmono (saat
itu belum menjadi raja bioskop) ini menduduki posisi kedua sebagai film
terlaris di Jakarta. Menurut data Perfin tak kurang ada 212.551 helai karcis yang
terjual di bioskop Jakarta. Rupanya nama bintang top macam Roy Marten, Christine Hakim,
hingga Slamet Rahardjo cukup membuat penasaran khalayak.
Sepuluh tahun kemudian, film ini dibuat kembali oleh sutradara Teddy
Soeriaatmadja. Bintang muda Vino G Bastian dan Raihaanun dipasang sebagai pemain
utamanya. Sayang sekali proyek tersebut kandas di bioskop tanah air. Nasibnya
tidak seberuntung film versi aslinya. Sedangkan album yang berisi lagu-lagu
Chrisye macam Badai Pasti Berlalu atau
Merpati Putih kembali didaur ulang
oleh penyanyi era 2000-an seperti Ari Lasso dan Astrid. Chrisye sendiri tidak
terlibat sama sekali dalam proyek yang digarap oleh komposer Andi Rianto ini.
Berakting di
Film
Diam-diam suami dari Yanti Noor ini tidak hanya sekadar piawai bernyanyi.
Sekali-sekali, Chrisye unjuk kebolehan untuk ikutan tampil berlakon di layar
lebar. Salah satunya seperti yang dia tunjukkan dalam film Seindah Rembulan karya sutradara Syamsul Fuad. Menurut wikipedia film ini dirilis pada 1980, sedangkan JB
Kristanto mencatat rilis pada 1981.
Boleh jadi film ini merupakan monumen untuk melongok sosok Chrisye yang aslinya pendiam dan sedikit kaku. Berakting bersama penyanyi Iis Sugianto dan Lidya Kandou dia malah tampak tampil lepas. Mungkin lantaran karakter yang dimainkan tak jauh-jauh juga dari dunia musik, faktor ini membuat penampilannya terasa alami dan sedap ditonton.
Film ini sendiri memang terasa kental atmosfer musiknya, maklumlah produsernya memang seorang pencipta lagu kondang, Rinto Harahap. Rinto pula yang menulis skenarionya bersama Deddy Armand. Album soundtrack yang menjadi pengiring film ini menampilkan tembang andalan Seindah Rembulan dibawakan duet Chrisye dan Iis. Pengamat musik Denny Sakrie menyebut mereka sebagai duet yang absurd, karena memang keduanya memiliki warna musik jauh berbeda. Iis biasa membawakan tembang melankolis, sebaliknya Chrisye dikenal dengan pop kreatif.
Selain duet bersama Iis, Chrisye juga tampil solo dengan lagu Dewi Mayang serta tembang legendaris Sabda Alam. Sejumlah penyanyi top pada masa itu juga ikut berpartisipasi dalam proyek ini seperti Grace Simon, Christine Panjaditan, dan Mariyance Mantouw.
Pada album ini, Chrisye juga menjadi penata musik bersama sang produser Rinto Harahap. Yockie Soejoprajogo batal mendukung album ini, pasalnya dia merasa tak ada kecocokan secara visi musiknya. Akhirnya Chrisye pun turun tangan dan melakukan kompromi untuk berduet dengan biduanita spesialis lagu melankolis. Komprominya begini: tembang Seindah Rembulan ciptaan Rinto Harahap sedangkan tata musiknya digarap oleh Chrisye sendiri.
Sayang sekali, tidak ada data jumlah penonton untuk film ini. Laman wikipedia hanya menyebutkan bahwa film ini diluncurkan pada tahun 1980 dan meraih kesuksesan. Satu catatan menarik dari proyek film ini adalah Chrisye pernah berkolaborasi dengan pencipta lagu melankolis sekaliber Rinto Harahap, namun Chrisye tetap bertahan pada warna musik yang menjadi ciri khasnya.
Film Biopic
Masih tentang film terkait Chrisye, kabar mengejutkan datang pada awal
Maret 2017. Rumah produksi MNC Pictures melansir
berita akan menggarap film biopic Chrisye setelah mengantungi restu dari istri
almarhum Yanti Noor. Aktor beken Vino G Bastian ditunjuk sebagai Chrisye
sedangkan Velove Vexia memainkan karakter Yanti. Kemudian Rizal Mantovani
ditunjuk sebagai sutradaranya.
Yanti memberikan kepercayaan kepada Alim Sudio untuk menulis skenarionya.
Sebuah kisah kilas balik ketika Chrisye meretas kariernya di ranah musik dan
mendapatkan penolakan dari sang ayah. Gaya penulisannya sesekali jenaka,
terutama ketika menggambarkan sosok Chrisye yang acapkali kikuk apalagi ketika
berhadapan dengan Yanti. Selebihnya Alim mengupas figur Chrisye lebih
kontemplatif, mengajak kita merenung, dan terasa dalam.
Upaya Vino untuk membawakan karakter ini lumayan serius. Selain meniru
gestur, dia harus berambut gondrong dan memasang rahang palsu di dokter gigi. Semua itu dilakukan Vino agar
mendapatkan kemiripan dengan karakter Chrisye.
“Dari Vino saya mendapatkan rekan kerja yang sangat paham mengenai
bagaimana menerjemahkan skrip menjadi baik. Itu yang membuat saya senang
sekali,” tukas Rizal dalam jumpa pers di kawasan Senayan, Jakarta Pusat,
September 2017 lalu.
Pujian serupa juga datang dari Ferry Mursyidan Baldan, mantan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN RI, yang juga Ketua Komunitas Kangen Chrisye
(K2C). Dia melihat Vino banyak melakukan riset serius dalam rangka pendalaman
karakter. “Vino bilang ke saya, dia membaca buku yang saya terbitkan, Chrisye
di Mata Media, Sahabat dan Fans, untuk menangkap lebih detail sosok
Chrisye,” tukas pria kelahiran 16 Juni 1961 ini.Menurutnya yang lebih penting untuk karakter Chrisye bukan perkara kemiripan wajah, melainkan lebih pada soal penjiwaan. “Sebagai penggemar, buat saya, siapapun yang main tidak masalah. Yang penting filmnya sudah jadi dan siap beredar,” ucap Ferry antusias.
Sambutan publik terhadap film ini terhitung lumayan baik. Dilabeli untuk usia 13 tahun, selama tiga pekan pemutaran sejak 7 Desember 2017 karcis yang terjual di bioskop mencapai 204.161 helai. Selain antusiasme masyarakat yang masih mencintai sosok Chrisye, hasil ini juga dicapai berkat upaya komunitas penggemar seperti yang dipelopori oleh Ferry misalnya.
Penutup
Ketiga film di atas sungguh melekat dengan imaji Chrisye. Menyebut Badai Pasti Berlalu misalnya, orang tak
hanya diingatkan pada sutradara maestro Teguh Karya, tapi juga pada lagu milik Chrisye
yang bersuara serak-serak basah. Kemudian ketika menonton Seindah Rembulan orang dibuat semakin gemas melihat akting Chrisye
yang apa adanya di sana. Apalagi versi biopic dari Rizal Mantovani dengan sosok
Chrisye yang dibawakan Vino G Bastian. Kekenesan Chrisye betul-betul bikin kangen setengah mati.
Sesungguhnya masih ada film lain yang juga melibatkan Chrisye, seperti Gita Cinta dari SMA karya sutradara Arizal. Di sini dia melantunkan tembang abadi Galih dan Ratna ciptaan Guruh Sukarnoputra. Hanya saja, film yang satu ini tidaklah sekuat tiga judul di atas, yang bisa dijadikan rujukan untuk mengenang eksistensi Chrisye di ranah film. Namun tetap saja karya ini boleh disebut sebagai monumen penting untuk mengingat sang biduan legendaris.
Deretan film ini bisa juga untuk ditonton bareng para fans Chrisye sebagai obat pelipur rasa rindu. Sosoknya yang selama ini dikenal sebagai penyanyi yang ogah-ogahan dalam bergoyang di atas pentas, ternyata pernah lebih dari itu. Tak disangka, ternyata dia sejatinya adalah seniman berbakat multi talenta. Mulai dari penyanyi, pemain instrumen, pencipta lagu, penata musik, bahkan juga pemain film.
Sesungguhnya masih ada film lain yang juga melibatkan Chrisye, seperti Gita Cinta dari SMA karya sutradara Arizal. Di sini dia melantunkan tembang abadi Galih dan Ratna ciptaan Guruh Sukarnoputra. Hanya saja, film yang satu ini tidaklah sekuat tiga judul di atas, yang bisa dijadikan rujukan untuk mengenang eksistensi Chrisye di ranah film. Namun tetap saja karya ini boleh disebut sebagai monumen penting untuk mengingat sang biduan legendaris.
Deretan film ini bisa juga untuk ditonton bareng para fans Chrisye sebagai obat pelipur rasa rindu. Sosoknya yang selama ini dikenal sebagai penyanyi yang ogah-ogahan dalam bergoyang di atas pentas, ternyata pernah lebih dari itu. Tak disangka, ternyata dia sejatinya adalah seniman berbakat multi talenta. Mulai dari penyanyi, pemain instrumen, pencipta lagu, penata musik, bahkan juga pemain film.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar