Minggu, 19 Maret 2017

Kalau Atlet Berkuda Terjun ke Dunia Film



Beberapa tahun terakhir, Raditya Dika adalah salah satu sosok pembuat film yang diperhitungkan oleh para produser. Satu demi satu rumah produksi harap bersabar untuk menggunakan jasanya, salah satunya adalah Soraya Intercine Films. Setelah sukses dengan proyek Single, akhir Desember lalu, awal 2017 ini mereka kembali berkolaborasi lewat proyek bertajuk The Guys. Padahal Radit baru saja sukses menuai jutaan penonton lewat Hangout bersama rumah produksi Rapi Film.  

Senin (13/3) lalu digelar peluncuran film ini di kantor Soraya, kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Kali ini Radit kembali bermain di ranah komedi romantik dengan memasang lawan mainnya Pevita Pearce. Selain Pevita, nama lain yang disodorkan relatif sosok yang kurang dikenal, mulai dari Marthino Lio (penyanyi soundtrack Ada Apa dengan Cinta 2), komika anyar Indra Jegel, dan pelakon asal Thailand Pongsiree Bunluewong, serta . Ceritanya sendiri sudah dipersiapkan sejak sekitar dua tahun lalu.
 
Setelah sedikit presentasi dari Radit (sebagai penulis skenario, sutradara, dan pemain), produser Sunil Soraya, dan para pemain tibalah giliran sesi tanya jawab. Pertanyaan yang dilontarkan biasanya standar saja. Hingga kemudian ada yang mulai bertanya aneh-aneh. “Pertama, sekarang kan rambut Anda botak. Model apakah ini? Kedua, soal Pongsiree. Dia ini kan dikenal sebagai atlet berkuda di negaranya. Apakah ada adegan yang menampilkan dia sedang berkuda?”

“Oh, iya ya. Kalau model rambut, ini saya sedang ikut cosplay tuyul,” seloroh si kambing jantan sambil geli sendiri. “Iya. Pongsiree memang atlet berkuda di negaranya. Sempat mewakili Thailand di arena Olimpiade. Kok bisa tahu ya?”

“Ya, baca dong...” balas si wartawan.

“Di film ini sih nggak dia nggak ada adegan berkuda, adanya kuda-kudaan bersama Indra...”

    
19 Maret 2017

Minggu, 05 Februari 2017

Antara Dian Sastrowardoyo, HOOQ, dan Karakter Cinta



Film Ada Apa dengan Cinta 2? sukses meraih jutaan penonton pada 2016 lalu. Tak heran jika produser Mira Lesmana pun senang bukan main. Kendati terpaut belasan tahun dari prekuelnya, proyek ini tetap memicu rasa penasaran publik untuk berduyun-duyun menyaksikannya. Rupanya karakter pasangan Rangga dan Cinta sudah memikat jauh di dalam kalbu para pecintanya. 

Setelah rilis di bioskop kontan diburu turunannya. Stasiun televisi dan video on demand misalnya. Dalam kasus film ini Mira punya hak istimewa. Ketika diumumkan ke publik bahwa proyek ini siap dieksekusi, pihak video on demand dan televisi sudah duluan mengikat kontrak kerjasama dan mengucurkan dana kontan. Biasanya, kalau produknya biasa-biasa saja pihak rumah produksi cukup susah payah untuk menjajakan kepada mitranya.

Tidak heran, jika HOOQ penyedia jasa layanan video on demand merasa bangga saat memperkenalkan film ini sebagai salah satu konten mereka. Saat peluncurannya di sebuah kafe di kawasan Menteng, mereka mengundang duet abadi pemeran Rangga dan Cinta, yakni Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo Juli 2016 lalu.  
 
Tentu saja mereka sedikit berpromosi apa sih kelebihan memakai HOOQ. “Saya sih kalau kena macet di jalan, masuk ke apps HOOQ di henpon saya, nonton film deh” tutur pelakon yang mengawali kariernya dari film Bintang Jatuh ini. Dia mengaku merasa terbantu untuk mengusir kejenuhan di tengah kemacetan. Harga belangganannya pun relatif tidak mahal.

Saat ditanya apa komentarnya atas tokoh Cinta. Diam-diam, pemeran tokoh Kartini ini tidak menyukai sosok yang dia perankan. “Dia itu karakter yang irritated. She irritates me a lot. Ngapain sih ini cewek, ribet banget...,” demikian ucapnya dengan nada kenes.

“Kalau aku temanan sama dia, pasti bakal banyak berantemnya...” seloroh Dian tanpa bermaksud melucu.


29 Juli 2016

Senin, 16 Januari 2017

Cek Mesjid Sebelah



Setelah sukses lewat debutnya dalam Ngenest pada 2015, sineas Ernest Prakasa menyiapkan karya berikutnya. Proyek bertajuk Cek Toko Sebelah ini ternyata tak kalah suksesnya disambut pasar. Kurang dari tiga pekan pasca rilisnya film meraup 2 juta penonton. Kontennya pun jauh lebih dalam, bukan sekadar komedi standar tetapi juga bumbu drama yang kental. 

Konon kuncinya adalah promosi yang kuat. Kunci sukses lainnya adalah efek viral dari film ini. Penonton yang sudah menyaksikan kemudian bercerita kepada rekannya  dan menyarankan mereka untuk nonton.

Salah satunya seperti dikisahkan penyanyi soundtracknya, Cantika. Rupanya saat kebaktian di gereja sang pendetanya merekomendasikan kepada jemaatnya untuk nonton film ini.   

“Siapa yang belum nonton Cek Toko Sebelah sebaiknya segera nonton. Karena banyak nilai-nilai bagus yang ada di sana... “ demikian cucu aktris Rina Hasyim ini menyitir kata-kata sang pendeta dalam acara syukuran di Hongkong Cafe, Senin siang (16/1).

Mendengar hal tersebut MC Adjis Doa Ibu pun seolah tak mau kalah. Kontan dia menyambar dengan kisah serupa. “Ah, jadi ingat cerita waktu shalat Jumat kemarin. Jadi khotbahnya kok terasa lama ya. Terus saya protes, ah kelamaan nih. Eh, dijawab ‘kata siapa? Sebentar kok. Kalau nggak percaya, cek mesjid sebelah'...”



16 Januari 2017

Minggu, 01 Januari 2017

Very Well, Very Good



Yang namanya pelawak sudah terbiasa melakukan improvisasi di atas pentas. Berikan saja pada mereka alur ceritanya, niscaya dengan lincah akan dikembangkannya. Proses kreatif macam itulah yang dilakoni Komeng selama ini. Seperti dalam proyek perdananya, Anda Puas Saya Loyo karya KK Dheeraj, Komeng juga mendapat porsi improvisasi.

“Eh, betulan di film ini kamu tidak pakai baca naskah?” tanya wartawan usai pemutaran filmnya di bioskop Setiabudi XXI pertengahan 2008.

”Iya. Saya nggak dikasih naskah dari sutradara, soalnya mesin fotokopinya rusak,” seloroh pria bernama asli Alfiansyah ini seperti biasa dengan mimik mukanya yang lucu.

“Oh ya. Masak sih?” timpal wartawan yang lain.

”Jadi begini... Sebenarnya saya dikasih naskah sih, tapi saya balikin. Habisnya yang dikasih naskah teks Proklamasi. Ya, saya pulangin,” ujar Komeng. Kali ini mencoba berimprovisasi dan kali ini giliran para wartawan tertawa senang dibuatnya.

Komen mengaku kepalang basah terlibat. Apapun risikonya dia pasrah menerima nasibnya seperti itu. "Pokoknya very well, very good. Jangan bawel, jangan ribut,” sergahnya dengan suara sengau yang khas.

Huhuy... 


Juli 2008