Anak sekarang boleh jadi hanya kenal
istilah “Jaka Sembung bawa golok, ngga nyambung goblok”. Padahal kalau ditanya
siapa itu Jaka Sembung, belum tentu juga mereka tahu. Jaka adalah tokoh
pendekar rekaan asal Kandanghaur, satu tempat di kabupaten Indramayu yang
kemudian diadaptasi ke layar lebar. Tak bisa disangkal, nama Djair Warni berada
di balik sosok legendaris Jaka Sembung di layar perak negeri ini.
Lewat goresan tangan Djair, pendekar nan
saleh ini kemudian malang melintang dalam khazanah film nasional di era
1980-an. Aktor berwajah indo Barry Prima didapuk oleh rumah produksi Rapi Films
untuk memerankan Jaka Sembung. Perihal pilihan produser kepada Barry Djair
sempat menyatakan ketidaksetujuannya.
“Tahun 1980-an pantasnya peran itu untuk Dicky Zulkarnaen. Sayangnya dia sepuluh tahun lebih tua. Harusnya orang seperti Dicky (yang dipilih), meskipun indo tapi tidak terlalu putih,” komentar Djair mengomentari ayah dari aktris dan produser Nia Zulkarnaen itu.
Di era tahun 70-an, Dicky dikenal kondang sebagai pemeran jagoan Betawi si Pitung. Sama halnya dengan Jaka Sembung, Pitung menjadi sosok hero di era penindasan kompeni. “Karakternya kira-kira sebelas dua belas dengan Jaka. Tokoh Jaka Sembung memang sudah seharusnya tampan, tingginya tidak terlalu jangkung alias sedang, ramping dan berotot,” celoteh sang pembuat komik senior ini.
“Tahun 1980-an pantasnya peran itu untuk Dicky Zulkarnaen. Sayangnya dia sepuluh tahun lebih tua. Harusnya orang seperti Dicky (yang dipilih), meskipun indo tapi tidak terlalu putih,” komentar Djair mengomentari ayah dari aktris dan produser Nia Zulkarnaen itu.
Di era tahun 70-an, Dicky dikenal kondang sebagai pemeran jagoan Betawi si Pitung. Sama halnya dengan Jaka Sembung, Pitung menjadi sosok hero di era penindasan kompeni. “Karakternya kira-kira sebelas dua belas dengan Jaka. Tokoh Jaka Sembung memang sudah seharusnya tampan, tingginya tidak terlalu jangkung alias sedang, ramping dan berotot,” celoteh sang pembuat komik senior ini.
Tubuh Barry Prima memang sangat sterek
alias berotot. Maklumlah mantan suami aktris Eva Arnaz ini memang berlatar
belakang seorang bodybuilder alias
binaragawan. Sayangnya, pria indo Belanda-Sunda ini wajahnya terlalu bule,
demikian ungkap seniman komik ini.
“Kalau sepas-pasnya orang pribumi ya
seperti Bambang Irawan (ayah dari aktris Ria Irawan). Kalau sekarang, mungkin
aktor Dicky Chandra cocok, tapi badannya kendor. Ngga kencang,” tambahnya lagi.
Siapa nyana selain aktif membuat komik, Djair juga sempat tampil bermain dalam beberapa judul film. Semuanya berawal lantaran dia kerap diundang datang ke lokasi syuting film oleh sang sutradara. “Daripada nganggur, ya diajak main...” seloroh Djair.
Maka jadilah peran-peran kecil dalam Si Buta dan Bajing Ireng, Si Buta Lawan JakaSembung, hingga Membakar Matahari disabetnya. Sementara dalam Pasukan Berani Mati ia sempat beradu akting dengan lawan main berkelas macam Roy Martin atau Dicky Zulkarnaen.
Wah, kirain cuma komikus Stan Lee aja yang kerap jadi banci tampil di film adaptasi hasil rekaannya.
Siapa nyana selain aktif membuat komik, Djair juga sempat tampil bermain dalam beberapa judul film. Semuanya berawal lantaran dia kerap diundang datang ke lokasi syuting film oleh sang sutradara. “Daripada nganggur, ya diajak main...” seloroh Djair.
Maka jadilah peran-peran kecil dalam Si Buta dan Bajing Ireng, Si Buta Lawan JakaSembung, hingga Membakar Matahari disabetnya. Sementara dalam Pasukan Berani Mati ia sempat beradu akting dengan lawan main berkelas macam Roy Martin atau Dicky Zulkarnaen.
Wah, kirain cuma komikus Stan Lee aja yang kerap jadi banci tampil di film adaptasi hasil rekaannya.
(Senin, 8 Oktober 2007)