Lain padang lain belalang. Setiap komunitas punya
bahasa atau kode sendiri yang hanya dipahami para anggotanya. Demikian pula halnya dengan
anggota Lembaga Sensor Film. Cerita ringan ini dikutip dari majalah Apa Kabar
Sensor Film, edisi September-November 2010.
Rupanya mereka memiliki akronim khas untuk teknis sensor
yang terkait adegan di layar film atau layar kaca. Jadi, jika ada adegan yang
tak sesuai dengan kriteria dan pedoman penyensoran, anggota tidak perlu bicara
berlama-lama. Tinggal sebut kodenya. Mungkin maksudnya untuk menghemat waktu.
Uniknya, banyak juga yang berkaitan dengan merek
produk otomotif. Sebut saja, Terano. Ini merupakan singkatan “tetek rada nongol”.
Kemudian ada pula Pajero. Artinya “pantat jendol separo”. Ada lagi Innova, yang
artinya “ingin nonjolin vagina”. Dan semuanya harus kena gunting anggota
sensor.
Namun itu terjadi di masa lalu, era ketika film masih memakai format seluloid. Saat ini seiring kemajuan teknologi, orang lebih banyak memakai DCP (Digital Cinema Package). Teknik sensornya pun turut berubah pula, urusannya bukan lagi gunting-menggunting.