Senin, 25 April 2016

Singkatan Gaya Tukang Sensor



Lain padang lain belalang. Setiap komunitas punya bahasa atau kode sendiri yang hanya dipahami para anggotanya. Demikian pula halnya dengan anggota Lembaga Sensor Film. Cerita ringan ini dikutip dari majalah Apa Kabar Sensor Film, edisi September-November 2010. 

Rupanya mereka memiliki akronim khas untuk teknis sensor yang terkait adegan di layar film atau layar kaca. Jadi, jika ada adegan yang tak sesuai dengan kriteria dan pedoman penyensoran, anggota tidak perlu bicara berlama-lama. Tinggal sebut kodenya. Mungkin maksudnya untuk menghemat waktu.

Uniknya, banyak juga yang berkaitan dengan merek produk otomotif. Sebut saja, Terano. Ini merupakan singkatan “tetek rada nongol”. Kemudian ada pula Pajero. Artinya “pantat jendol separo”. Ada lagi Innova, yang artinya “ingin nonjolin vagina”. Dan semuanya harus kena gunting anggota sensor. 

Namun itu terjadi di masa lalu, era ketika film masih memakai format seluloid. Saat ini seiring kemajuan teknologi, orang lebih banyak memakai DCP (Digital Cinema Package). Teknik sensornya pun turut berubah pula, urusannya bukan lagi gunting-menggunting. 

Selasa, 19 April 2016

Salah Tulis Membawa Rezeki




Yang namanya manusia memang tak pernah lepas dari kesalahan. Hal ini rupanya dialami pula oleh rekan-rekan wartawan. Salah satu kasusnya seperti yang pernah diceritakan oleh sineas Charles Gozali awal tahun 2013.

“Kalau komedian Mamiek Prakoso disebut Mamiek Slamet mungkin masih maklum…,” ungkapnya memulai pembicaraan di sebuah restoran di Plaza Senayan, Jakarta Pusat. Mamiek yang dimaksud adalah personil Srimulat, salah satu pemain film yang dibuatnya, Finding Srimulat. 

"Memangnya ada yang lebih parah?" tanya saya.

“Iya. Ini malah ada wartawan yang salah tulis Finding Srimulat menjadi Funding Srimulat…” seloroh Charles sambil tertawa. "Tapi, itu bukan masalah. Barangkali aja nanti ada pihak yang mau bantu kasih funding (pendanaan) untuk film berikutnya."


Mei 2013

Sabtu, 16 April 2016

Akibat Salah Dengar



Berbagai cara dilakukan produser agar filmnya laku ditonton. Salah satunya adalah penggunaan pelakon asing dan ternyata sempat marak dalam produksi film Indonesia beberapa tahun belakangan. Biasanya bintang ini tampil dalam film horor atau komedi dengan bumbu esek-esek. 

Acapkali terjadi, pemain impor ini jarang nongol di depan media. Di forum konferensi pers misalnya, biasanya dengan alasan macam-macam. Namun berbeda halnya dengan Sola Aoi, bintang film khusus dewasa asal Jepang. Rupanya pihak produser film Suster Keramas 2 cukup berani menampilkannya di hadapan khalayak bersama para pemain yang lain.

Usai pemutaran filmnya di FX XXI, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab di konferensi pers. Bertanyalah seorang wartawan. “Are you a porn star?” sodornya kepada cewek kelahiran Tokyo itu. Semacam basa-basi.

Eh, pertanyaan itu malah disambar pelawak Daus Separo yang ikut terlibat bermain dalam film ini. “Hah… lu kira sakit gigi?” celetuknya kepada sang wartawan.

“Porn star mas. Bukan Ponstan…” seloroh wartawan lain yang cukup cerdas menangkap guyonan itu.  



(2011) 

Jumat, 15 April 2016

Nasib Mahasiswa Banci



Seniman Sujiwo Tejo dikenal sebagai sosok yang hobi ngomong ceplas-ceplos. Kalau sudah bicara, ucapannya ibarat peluru tak terkendali. Melesat tak tertahankan. Di mana-mana selalu begitu, tak perduli tempat dan waktu.

Bulan Februari 2010, pria yang juga berprofesi sebagai dalang ini datang ke kampus ITB di jalan Ganesha, Bandung. Dia hadir di sana dalam rangka promosi film Gading-gading Ganesha yang disutradarainya. Tampak bersamanya produser dan para aktor yang memperkuat film ini. Saat naik ke atas pentas, Tejo sempat-sempatnya menyindir mahasiswa yang memadati arena.

“Mahasiswa di sini banci,” selorohnya sedikit asal. Tak urung publik sejenak terdiam dibuatnya. Mereka tidak menyangka dalang edan ini akan berkata demikian.

“Soalnya hari Senin sampai Sabtu membahas cewek melulu. Eh, giliran malam Minggu malah tidur,” lanjut Tejo kalem.

Massa yang hadir langsung grrr...



(18 Februari 2010)

Rabu, 13 April 2016

Rahasia di Balik Judul



Tahun 2008, film Kawin Kontrak Lagi dirilis menyusul sukses penduhulunya, Kawin Kontrak. Rilisnya termasuk cepat, hanya berselang kurang dari setahun. Film komedi sekuel arahan sutradara Ody C Harahap ini kembali menampilkan muka lama macam Lukman Sardi, Ricky Harun hingga Wiwid Gunawan. Ternyata Ochay, demikian sapaannya, menyimpan cerita unik di balik judul tersebut.

”Itu awalnya gara-gara produser MVP Pictures meminta saya membuat sekuel menyusul suksesnya Kawin Kontrak,” demikian sutradara yang mengawali debutnya lewat Bangsal 13 ini memulai ceritanya.

Pasca pertemuan dengan pihak produser, pria Batak ini segera menyampaikan kabar baik tersebut kepada para krunya. “Eh, reaksinya malah bilang ’Hah... kawin kontrak lagi...’,” terang Ochay lagi sembari tertawa geli.

Mendapat reaksi macam itu justru dia tanggapi secara positif. ”Wah, kalimat kawin kontrak lagi sepertinya bakal lucu kalau dibuat judul sekuelnya,” sambungnya lagi. Selanjutnya dia mengusulkannya kepada koleganya, penulis Joko Nugroho untuk menggunakan frasa tersebut sebagai judul proyek yang akan digarap.

Belakangan, usulan itu kemudian diterima oleh pihak rumah produksi.



(12 Agustus 2010)