Ada hal yang tak tercapai selama di Zagreb: singgah di restoran Zvonimir
Boban di jalan Gajeva 9. Padahal letaknya tak jauh dari monumen Josip Jelacic,
sebelah pasar Dolac yang pernah dipinjam jadi lokasi filmnya Jackie Chan. Dari
monumen yang terletak di alun-alun kota itu lurus saja jalan kaki ke arah
selatan. Sampai di sana tinggal tanya saja kalau sudah dekat tkp.
Boban adalah legenda sepakbola bagi bangsa Kroasia. Dia bukan hanya kapten
kesebelasan yang mengantar negaranya menjadi juara ketiga Piala Dunia 1998 di
Perancis. Lebih dari itu, dia menjadi monumen sejarah yang pernah terukir indah
di lapangan sepakbola. Bahkan ketika Kroasia masih menjadi bagian dari Republik
Federal Sosialis Yugoslavia dan klub Dinamo Zagreb yang diperkuatnya masih
menjadi anggota Liga Yugoslavia.
Momentum heroik Boban terjadi pada 13 Mei 1990. Ketika itu di Maksimir
Stadium, Zagreb, berlangsung pertandingan antara tuan rumah Dinamo Zagreb
melawan klub ibukota Red Star Belgrade. Fans mereka tak mau kalah, siap
bertarung habis-habisan pula, masing-masing ada Bad Boys Blue (fans Dinamo
Zagreb) dan Delije (fans Red Star Belgrade)
Suasana saat itu memanas. Seperti sudah diduga sebelumnya, pecah kerusuhan
yang berbau politis. Penyebabnya lantaran beberapa pekan sebelumnya berlangsung
pemilu multipartai pertama di Kroasia dan partai pemenang pemilu berharap agar Kroasia
lepas dari Yugoslavia.
Di sepanjang jalanan kota, mulai terjadi bentrok beberapa jam sebelum
pertandingan. Puncaknya terjadi di dalam stadion. Fans Dinamo mulai melakukan provokasi,
mereka melempari lawannya dengan batu. Delije balas menyerang dengan potongan
kursi dan pisau seraya menyanyikan “Zagreb adalah milik orang Serbia” serta
“Kita akan bunuh Tudman”. Tudman adalah nama pemimpin Kroasia hasil pemilu.
Tokoh yang kemudian namanya dipakai sebagai nama bandara di Zagreb.
Pertikaian
pun mulai terjadi. Nyaris tak terkontrol lantaran jumlah massa yang memang
lebih banyak ketimbang petugas keamanan. Kondisi ini akhirnya bisa diatasi aparat
dengan water canon dan peralatan yang dimiliki. Chaos pun berlalu dengan membawa
puluhan korban luka-luka.
Ketika
kerusuhan, beberapa pemain Dinamo masih bertahan di lapangan, sementara lawan
mereka sudah masuk ruang locker. Boban, sang kapten, menendang petugas polisi,
Refik Ahmetovic yang bersikap kasar kepada seorang fans Dinamo. Boban dalam
bahaya. Sontak Bad Boys Blue melindunginya. Tak pelak, Boban menjadi sosok yang
mereka anggap sebagai pahlawan negara bersama bintang lainnya seperti Davor Suker, Slaven Bilic, Robert Prosinecki dan yang lainnya.
Namun oleh
pihak Yugoslavia -dalam hal ini rezim Serbia- Boban malah dianggap sebaliknya.
Alhasil, dia kena skorsing oleh PSSI-nya Yugoslavia. Tak heran jika dia tak
bisa ikut Piala Dunia 1990 yang digelar di Italia.
Peristiwa ini terjadi tepat setahun sebelum kemerdekaan Kroasia. Sejak
merdeka, Boban pun meninggalkan timnas sepakbola Yugoslavia yang pecah
berkeping-keping. Karirnya di timnas Kroasia semakin moncer. Dari Dinamo Zagreb
dia ditransfer ke kota mode Milan memperkuat rossoneri. Potensinya menarik minat pelatih Fabio Capello. Di tim nasional, dia
dipercaya menjadi kapten kesebelasan dan ikut mengharumkan nama Kroasia.
Pasca gantung sepatu pada 2001, Boban aktif menjadi kolumnis koran Gazzetta dello Sport. Kemudian sempat juga memegang jabatan di FIFA. Dan terakhir dia juga membuka restoran yang sesuai namanya: Boban, salah satu tempat yang wajib dikunjungi jika singgah ke Zagreb lagi. Hanya 0,1 mil atau 150 meter dari monumen Josip Jelacic.
Juni 2017