Senin, 29 Agustus 2016 saya berjumpa rekan Teguh Imam Suryadi di Bandara Soetta Tangerang. Dia baru saja mendarat dari Lombok ikut kongres Parfi dan akan melanjutkan perjalanan ke Pontianak. Rupanya dia membawa kabar mengejutkan: Ketua Parfi terpilih Aa Gatot Brajamusti ditangkap polisi atas tuduhan kasus narkoba. Sejak itu sosok flamboyan Aa Gatot menjadi buah bibir media sampai saat ini.
Selain nama Gatot, organisasi profesi Persatuan
Artis Film Indonesia pun jadi sorotan. Pasalnya, posisi Ketua Parfi segera
berpindah dalam tempo beberapa hari. Alasannya, keterlibatan yang bersangkutan dalam
kasus narkoba menjadi faktor kuat untuk mencopotnya dari posisi Parfi-1.
Ketua DPO Parfi Aspar Paturusi segera menetapkan Andryega
Da Silva sebagai Ketua Umum Parfi yang baru untuk periode 2016-2021 dalam jumpa
pers di gedung PPHUI, Kuningan, 31 Agustus 2016. Andryega diberi kesempatan
selama 30 hari untuk menyusun anggota pengurus organisasinya.
Apakah persoalan Parfi sebagai wadah organisasi para
artis film selesai sampai di situ? Ternyata tidak juga. Mereka yang memilih
berada di luar pagar pun mencoba untuk eksis. Parfi 1956 misalnya. Nama-nama yang
ada di dalamnya seperti Debby Cynthia Dewi, Ki Kusumo, Ray Sahetapy, Widyawati,
Erna Santoso, Nani Wijaya, Atalarik Syach, Ardina Rasty, dan Marcella Zalianty.
Faksi ini menilai Parfi yang ada saat ini dinilai
sudah tak sesuai dengan tujuan utamanya saat dibentuk pada 1956. Akhirnya
mereka sepakat untuk membentuk rumah baru bernama Parfi 1956. Nama Marcella
Zalianty muncul terpilih sebagai Ketua dalam sebuah musyawarah kekeluargaan di
kawasan Kemang, 1 September lalu.
Di luar Parfi masih ada sejumlah wadah organisasi
artis lainnya, yakni Parsi dan RAI. Parsi singkatan dari Persatuan Artis
Sinetron Indonesia kemudian mulai periode 2016-2021 ganti nama menjadi
Persatuan Artis Sinema Indonesia. Masih dipimpin oleh Anwar Fuady, pengurus
Parfi berasal dari nama-nama tenar di layar kaca seperti Nikita Willy, Raslina
Rasyidin, Ben Kasyafani, Citra Kirana, Marini Zumarnis, Ammar Zoni, Dude
Harlino, Meidiana Hutomo, Raffi Ahmad, El Manik, Latief Sitepu, dan Derry
Drajat.
Sedangkan RAI atau Rumah Artis Indonesia, dideklarasikan pada September
2013 di Gedung Sapta Pesona, Kemenpar bersama beberapa wadah
insan film yang tergabung dalam IMPAS (Indonesian Motion Picture Associations).
Tepat beberapa bulan sebelum diadakan hajat Mubes BPI (Badan Perfilman
Indonesia), Januari 2014.
Sang ketua Lukman Sardi menyebutkan institusi ini
lahir berawal dari kegelisahan. Maka 30-40 aktor berkumpul dan sepakat
mendirikan sebuah wadah independen. “Rencananya bulan mendatang
akan ada Mubes untuk menentukan arah selanjutnya. Sekalian agar ada regenerasi,”
demikian ucap Lukman saat saya tanya pada Desember 2014.
Suasana hiruk-pikuk ini terasa aneh. Kok mendadak mereka jadi rajin berserikat. Apakah lahirnya banyak wadah artis ini sebagai antisipasi terhadap
Mubes BPI yang akan digelar awal 2017 mendatang? Entahlah.
3 Oktober 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar