Berkat kemajuan teknologi, membuat film di Indonesia saat
ini menjadi lebih mudah. Namun jika sudah menyangkut
perizinan, itu perkara yang tidak mudah. Kalaupun bisa diperoleh, acapkali merepotkan
dan biayanya lumayan mahal. Apalagi jika harus menggunakan objek vital, bakalan
kian sulit lagi. Hal itu yang dirasakan sendiri oleh produser sekaliber Zairin
Zain.
Namun kegelisahan Zairin mendadak sirna saat menggarap film
yang bertajuk I Leave My Heart in
Lebanon-Garuda 23. Sebuah proyek prestisius dari TB Silalahi Pictures di
semester awal 2016. Ide produksinya berawal dari Panglima TNI Jenderal Gatot
Nurmantyo. Orang nomor 1 di jajaran TNI ini meminta Silalahi untuk dibuatkan
film yang menggambarkan prestasi serdadu Indonesia di mancanegara. Sang
purnawirawan mayor jenderal pun kontan mengiyakan.
Selanjutnya, Zairin ditunjuk sebagai produser. Proses
persiapan pun dimulai. Tim produksi segera dibentuk, kru dan pemain mulai
dicari. Skenario ditulis oleh sang sutradara Benni Setiawan, menceritakan
balada pasukan penjaga perdamaian alias Garuda di Lebanon dengan latar sedikit
kehidupan keluarganya di tanah air.
“Saya melapor ke pak TB Silalahi soal perizinan lokasi. Eh
malah dijawab ‘apa izin-izin… Telepon aja’. Lalu dia telepon perwira yang menjadi
pimpinan di situ. Besoknya kita yang ditanya dari sana ‘halo pak, mau kapan
pakai lokasi syuting di sini’ Begitu…,” demikian ceritanya dalam sebuah
kesempatan buka puasa di kawasan Panglima Polim, Jakarta Selatan, Juni 2016.
Setelah itu perasaan insan film senior ini mulai plong.
Salah satu hambatan besar dalam produksi bisa teratasi. “Wah… Enak juga kalau hidup kayak begini…”
seloroh Zairin dengan perasaan senang.
22 Juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar