Selasa, 05 April 2016

Bukan untuk Tujuan Politis



Setelah sekian lama absen, akhirnya hadir lagi film bertema perang di tanah air. Kali terakhir, ada Fatahillah pada tahun 1997. Awal tahun 2009, Yadi Sugandi yang dikenal sebagai kamerawan, menjadi sutradara sebuah proyek bertajuk Merah Putih. Momen peringatan hari kemerdekaan RI dipilih sebagai tanggal rilis film ini.

Sekilas, kesan jor-joran tampak di sana lantaran rencananya proyek ini bakal dibuat trilogi. Biaya yang disiapkan juga terhitung tidak kecil. Bahkan,tanpa rasa ragu produser eksekutif film ini Hashim Djojohadikusumo menyebut biaya produksinya. Saat konferensi pers tidak kurang dari 6 juta USD siap digelontorkannya untuk mewujudkan ambisi itu.

Tak urung, kehadiran film ini sempat memunculkan pertanyaan di benak publik. Pasalnya, proyek ini dibuat berdekatan dengan momen Pemilu. Seperti diketahui, abangnya Prabowo Subianto menjadi pimpinan Partai Gerindra, salah satu peserta Pemilu. Sebelumnya iklan Partai Gerindra sempat ramai muncul di televisi dan digarap oleh tim produksi yang sama.

Apakah benar film ini bertujuan untuk politik praktis? Kontan Hashim menjawab tidak.

“Rencana pembuatan film ini sudah ada sejak beberapa tahun lalu,” sahut putra begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo ini kalem. Karena berbagai hal, lanjutnya, film ini baru sempat dieksekusi sekarang. 

Sekuel Merah Putih kemudian berturut-turut dirilis di bioskop dua tahun kemudian. Darah Garuda menjadi film lebaran tahun 2010 dan Hati Merdeka pada tahun 2011. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar