Akhir-akhir ini menjadi sutradara film
layar lebar alangkah mudahnya. Asalkan punya duit, punya alat produksi, serta
teman yang mau jadi kru dan talent selesai masalah. Di masa lalu tidak bisa demikian,
jalan yang dilalui penuh liku. Pasalnya, untuk menjadi sutradara harus melewati
jenjang seperti yang diisyaratkan oleh organisasi profesi bernama KFT (Karyawan
Film dan Televisi). Untuk bisa menjadi sutradara, misalnya, harus beberapa kali
ikut produksi sebagai asisten sutradara. Sementara untuk menjadi asisten
sutradara, pun ada jenjang yang harus dijalani lagi.
Adalah Yan Senjaya, salah satu sineas masa
lalu yang cukup dibuat repot oleh aturan ini. Ketika sudah pernah ikut membuat
film pada awal 1980-an, dia pun mendaftar ke kantor KFT untuk mendapatkan
predikat sutradara. Di sana Yan bertemu dengan orang yang mengurus di bagian
pendaftaran.
“Eh, gue daftar dong jadi sutradara. Gue
kan udah pernah bikin film…,” demikian dituturkannya dalam sebuah kesempatan
makan siang di awal Juni 2016.
“Wah, nggak bisa. Lu memang pernah bikin
film, tapi lu tetap musti ikut kursus dulu,” balas sang pengurus.
Mendapat jawaban itu, Yan pun hanya bisa
termangu dibuatnya. “Gila ini sih, yang revisi filmnya dia kan gua. Masak musti
ikut kursus segala,” tuturnya dengan nada kecewa.
Namun gairah Yan untuk berkreasi tidak
pernah padam. Dia tak kekurangan akal. Sebagai solusinya, dia pinjam nama
sutradara lain untuk menyandang titel sutradara. Sutradara yang dipinjam
namanya tinggal duduk manis di bawah pohon. Alhasil, beberapa judul film yang
dibintangi trio komedian Warkop pun lahir di tangannya. Bahkan ada pula film
laga yang sempat terkenal di mancanegara.
Juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar