Senin, 19 Maret 2018

Mengemas Sosok Onggy Hianata dalam Dua Jam

Banyak figur yang kisahnya menarik untuk diangkat ke layar lebar. Salah satunya seperti Onggy Hianata ini. Nama tersebut dikenal sebagai inspirator yang bergerak dalam pembentukan character building dan sudah dikenal ke mancanegara. Setiap kali dia menggelar training pesertanya datang bahkan dari lima benua. 

Kisah hidup Onggy ternyata menarik perhatian sutradara Fajar Nugros. Semua berawal ketika dia liburan bersama sang istri ke Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur pada 2017. Di sana Fajar mendapatkan cerita unik, yaitu pengalaman seorang penduduk asli Tarakan yang mampu memberikan arti bagi keluarga dan orang sekitar mereka. Warga yang dimaksud adalah Onggy Hianata. Lantaran suka dengan spirit perjuangan itu, Fajar langsung bergerak cepat dan mengeksekusinya, hingga jadilah Terbang Menembus Langit.

Bagi Fajar ini jelas proyek yang sarat dengan tantangan. Pasalnya, dia harus menghadirkan masa lalu hingga masa kini (1970-an hingga akhir 1990-an). “Ini kisah 32 tahun yang dijadikan dalam dua jam,” ucapnya dalam sebuah obrolan akhir tahun lalu.

Nah, seperti apakah pergumulan hidup Onggy Hianata? Lelaki ini lahir di Tarakan, Kalimantan Timur (sekarang masuk wilayah Kalimantan Utara), 6 Maret 1962. Ayahnya, Ong Tjoi Moi adalah seorang pegawai toko kelontong. Mereka tinggal di rumah sederhana di kawasan Kampung Bugis, Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Tarakan Barat.

Sebagai anak kedelapan dari sembilan bersaudara, kehidupan keluarga Onggy jauh dari berkecukupan. Agar bisa memenuhi kebetuhan sehari-hari, dia kerap membantu orangtua. Tak heran jika Onggy harus keluar masuk hutan mencari kayu bakar, berkebun, beternak hingga berdagang di pasar pun dilakoni. “Saking miskinnya kami, saya masuk sekolah langsung kelas 3 SD,” selorohnya dalam sebuah sesi temu blogger di kawasan Menteng, Rabu (14/3). Dia masuk SD Kampung Bugis dan dilanjutkan masuk SMP Tunas Kasih sampai tamat. Kemudian Onggy juga menggondol ijazah SMA dari Yayasan yang sama.

Hidup miskin membuat Onggy menyimpan tekad kuat untuk menapaki tangga kesuksesan. Dia memiliki impian besar dan tentu saja banyak lagi tantangan menghadang di depan. Tamat SMA dia merantau ke Surabaya untuk melanjutkan kuliah. Sambil kuliah, Onggy membanting tulang untuk menutup biaya hidup di sana. “Mulai dari pedagang keliling buku sampai membikin kerupuk ubi. Mulai dari berjualan lotre Porkas, hingga berjualan jagung bakar di depan kampus, serta ikut bisnis MLM,” paparnya sambil mengenang. Akhirnya, dia sukses meraih gelar sarjana strata 1 di Universitas Satya Widya Surabaya pada 1989.

Ternyata gelar sarjana bukan garansi sukses, tetap saja jalan berliku harus dia lalui. Tak segan Onggy melakoni sejumlah profesi untuk hidupnya sehari-hari. “Apa saja, asalkan halal,” selorohnya. Demikian pula saat memulai bisnis, dia jatuh bangun mengelolanya, namun dia terus bertahan kendati sempat terpuruk lantaran sempat kena tipu berkali-kali.

Onggy mencoba merubah nasib dengan merantau ke Jakarta. Hoki pun mulai datang menghampiri saat dia ditawari berjualan koin emas. Bisnis pemasaran jaringan rupanya memberinya tantangan baru dan ternyata meraih sukses. Dia memiliki jaringan 60.000 orang tersebar di 36 negara. Sungguh kontras jika dibandingkan kondisinya saat merintis kehidupan di Jakarta.

Cerita sukses Onggy berkecimpung dalam bisnis pemasaran membuatnya sering diundang berceramah hingga ke negara tetangga. “Sesudah semakin menghayati, saya kemudian membuka usaha baru dalam bidang pendidikan sebagai motivator. Kalau saya bisa kaya, orang lain juga pasti bisa mencapainya.”

“Impian semasa di kampung hampir semuanya kini sudah bisa saya raih,” tuturnya dengan rasa puas. Selanjutnya, Onggy juga mulai mengembangkan usaha pribadi di sektor pendidikan, yaitu Edunet International. Lembaga ini turut serta dalam proses pemberdayaan dan potensi diri manusia khususnya melalui program pembinaan mental dan pola pikir. Kegiatan utamanya berupa training Bootcamp Value Your Life yang pesertanya tak hanya dari Indonesia, bahkan berasal dari negara yang nyaris tak terbayangkan mereka akan datang seperti Mali, Guinea Bissau, Afrika Selatan dan masih banyak lagi.

Ya, Onggy memang tak henti memberikan pencerahan kepada setiap individu yang ingin meraih sukses. Dia kerap menguraikan contoh pada dirinya sendiri yang pernah mengalami pengalaman pahit. “Gagal adalah sebuah hal biasa. Namun, dari setiap kegagalan, minimal ada pelajaran berharga yang dapat dipetik, yaitu petunjuk menuju sebuah keberhasilan. Kalau saya bisa, mengapa Anda tak bersedia mengubah mindset dan ikut serta meraih sukses?"

Onggy membuktikan dirinya tetap bisa meraih sukses setelah dihantam badai kegagalan berkali-kali. “Anda juga bisa memulai dengan tidak mempunyai apa-apa, bahkan dari keadaan minus,” tandasnya dengan penuh keyakinan.

Tentang film Terbang Menembus Langit, Onggy berkomentar, “Film ini kalau orang miskin, orang yang sedang berjuang, harus nonton. Dari situ paradigmanya harus berubah. Lahir miskin itu tidak salah, tinggal di mana enggak masalah, yang penting pikirannnya harus maju. Saya terus mencari dan mencari untuk kemajuan ke depan. Makanya judul ini namanya Terbang Menembus Langit. Artinya, meraih impian yang setinggi mungkin.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar