Kisah hidup Onggy ternyata menarik perhatian
sutradara Fajar Nugros. Semua berawal ketika dia liburan bersama sang istri ke
Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur pada 2017. Di sana Fajar mendapatkan cerita
unik, yaitu pengalaman seorang penduduk asli Tarakan yang mampu memberikan arti
bagi keluarga dan orang sekitar mereka. Warga yang dimaksud adalah Onggy
Hianata. Lantaran suka dengan spirit perjuangan itu, Fajar langsung bergerak cepat
dan mengeksekusinya, hingga jadilah Terbang
Menembus Langit.
Bagi Fajar ini jelas proyek yang sarat dengan
tantangan. Pasalnya, dia harus menghadirkan masa lalu hingga masa kini (1970-an
hingga akhir 1990-an). “Ini kisah 32 tahun yang dijadikan dalam dua jam,”
ucapnya dalam sebuah obrolan akhir tahun lalu.
Nah, seperti apakah pergumulan hidup Onggy Hianata?
Lelaki ini lahir di Tarakan, Kalimantan Timur (sekarang masuk wilayah
Kalimantan Utara), 6 Maret 1962. Ayahnya, Ong Tjoi Moi adalah seorang pegawai toko
kelontong. Mereka tinggal di rumah sederhana di kawasan Kampung Bugis,
Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Tarakan Barat.
Sebagai anak kedelapan dari sembilan bersaudara,
kehidupan keluarga Onggy jauh dari berkecukupan. Agar bisa memenuhi kebetuhan
sehari-hari, dia kerap membantu orangtua. Tak heran jika Onggy harus keluar
masuk hutan mencari kayu bakar, berkebun, beternak hingga berdagang di pasar
pun dilakoni. “Saking miskinnya kami, saya masuk sekolah langsung kelas 3 SD,”
selorohnya dalam sebuah sesi temu blogger di kawasan Menteng, Rabu (14/3). Dia
masuk SD Kampung Bugis dan dilanjutkan masuk SMP Tunas Kasih sampai tamat.
Kemudian Onggy juga menggondol ijazah SMA dari Yayasan yang sama.
Hidup miskin membuat Onggy menyimpan tekad kuat
untuk menapaki tangga kesuksesan. Dia memiliki impian besar dan tentu saja banyak
lagi tantangan menghadang di depan. Tamat SMA dia merantau ke Surabaya untuk
melanjutkan kuliah. Sambil kuliah,
Onggy membanting tulang untuk menutup biaya hidup di sana. “Mulai dari pedagang
keliling buku sampai membikin kerupuk ubi. Mulai dari berjualan lotre Porkas,
hingga berjualan jagung bakar di depan kampus, serta ikut bisnis MLM,” paparnya
sambil mengenang. Akhirnya, dia sukses meraih gelar sarjana strata 1 di
Universitas Satya Widya Surabaya pada 1989.
Ternyata gelar sarjana bukan garansi sukses, tetap
saja jalan berliku harus dia lalui. Tak segan Onggy melakoni sejumlah profesi
untuk hidupnya sehari-hari. “Apa saja, asalkan halal,” selorohnya. Demikian
pula saat memulai bisnis, dia jatuh bangun mengelolanya, namun dia terus
bertahan kendati sempat terpuruk lantaran sempat kena tipu berkali-kali.
Onggy mencoba merubah nasib dengan merantau ke
Jakarta. Hoki pun mulai datang menghampiri saat dia ditawari berjualan koin
emas. Bisnis pemasaran jaringan rupanya memberinya tantangan baru dan ternyata meraih
sukses. Dia memiliki jaringan 60.000 orang tersebar di 36 negara. Sungguh
kontras jika dibandingkan kondisinya saat merintis kehidupan di Jakarta.
Cerita sukses Onggy berkecimpung dalam bisnis
pemasaran membuatnya sering diundang berceramah hingga ke negara tetangga. “Sesudah
semakin menghayati, saya kemudian membuka usaha baru dalam bidang pendidikan
sebagai motivator. Kalau saya bisa kaya, orang lain juga pasti bisa
mencapainya.”
“Impian semasa di kampung hampir semuanya kini sudah
bisa saya raih,” tuturnya dengan rasa puas. Selanjutnya, Onggy juga mulai
mengembangkan usaha pribadi di sektor pendidikan, yaitu Edunet International. Lembaga
ini turut serta dalam proses pemberdayaan dan potensi diri manusia khususnya
melalui program pembinaan mental dan pola pikir. Kegiatan utamanya berupa training
Bootcamp Value Your Life yang pesertanya tak hanya dari Indonesia, bahkan berasal dari
negara yang nyaris tak terbayangkan mereka akan datang seperti Mali, Guinea Bissau, Afrika Selatan
dan masih banyak lagi.
Ya, Onggy memang tak henti memberikan pencerahan
kepada setiap individu yang ingin meraih sukses. Dia kerap menguraikan contoh pada dirinya
sendiri yang pernah mengalami pengalaman pahit. “Gagal adalah sebuah hal biasa.
Namun, dari setiap kegagalan, minimal ada pelajaran berharga yang dapat
dipetik, yaitu petunjuk menuju sebuah keberhasilan. Kalau saya bisa, mengapa
Anda tak bersedia mengubah mindset dan ikut serta meraih sukses?"
Onggy membuktikan dirinya tetap bisa meraih sukses
setelah dihantam badai kegagalan berkali-kali. “Anda juga bisa memulai dengan
tidak mempunyai apa-apa, bahkan dari keadaan minus,” tandasnya dengan penuh keyakinan.
Tentang film Terbang Menembus Langit, Onggy berkomentar, “Film ini kalau orang miskin, orang yang sedang berjuang, harus nonton. Dari situ paradigmanya harus berubah. Lahir miskin itu tidak salah, tinggal di mana enggak masalah, yang penting pikirannnya harus maju. Saya terus mencari dan mencari untuk kemajuan ke depan. Makanya judul ini namanya Terbang Menembus Langit. Artinya, meraih impian yang setinggi mungkin.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar