Ada-ada saja cerita tentang Festival
Film Indonesia (FFI). Berikut ini ada pengalaman yang dikisahkan oleh rekan wartawan senior
Wina Armada. Ketika itu dia menjabat sebagai Ketua Panitia Pelaksana FFI 2007
di Pekanbaru, Riau.
“Jadi pemda setempat ingin ada
kategori khusus untuk film dengan penggunaan bahasa Indonesia terbaik,”
ungkapnya dalam sebuah obrolan di Hotel Haris FX Sudirman, pertengahan April 2018
lalu.
Seperti diketahui Riau merupakan
propinsi yang identik dengan bahasa Melayu. Dalam perkembangannya, bahasa ini
disepakati sebagai bahasa pemersatu bangsa yang akhirnya dikenal sebagai bahasa
Indonesia. Maka permintaan pemerintah setempat kepada panpel FFI masih terasa
wajar-wajar saja.
“Di luar dugaan, ternyata film-film
yang masuk dalam kategori itu kebanyakan malah film hantu-hantuan,” seloroh
Wina sambil tertawa. “Bayangkan, kalimat seperti ‘di mana anakku?’ itu kan
adanya di film horor... Ternyata hantu sekalipun berbahasa dengan santun.”
Selanjutnya temuan ini dilaporkan kepada
pihak pemda. Alhasil, mereka pun jadi serba salah dibuatnya, tidak menyangka bakal
seperti ini jadinya. Apapun yang terjadi, the
show must go on. Dewan juri tetap bekerja seperti biasa dan memilih
pemenang sesuai kriteria yang sudah disepakati sejak awal.
Akhirnya diketahui pemenangnya adalah
film Kala, sebuah film noir karya
sutradara Joko Anwar. Ini memang bukan film horor, tapi tetap saja ada adegan semacam
penampakan yang muncul di sana.
Mei 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar